Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang pendidikan, Musliar Kasim
mengatakan, pelayan pendidikan dan akses pendidikan di Papua memang
masih belum maksimal. Oleh karena itu, Kemdikbud terus memberikan
perhatian khusus dan jaminan untuk pengembangan pelayanan pendidikan di
Papua.
Terkait pengembangan pendidikan di wilayah tersebut,
Musliar menjelaskan, salah satu upaya yang akan ditempuh adalah
membangun sekolah-sekolah baru di daerah strategis. Hal itu dilakukan
selain untuk mempermudah akses pendidikan bagi masyarakat Papua tetapi
juga guna menyiasati tantangan utamanya, yaitu letak geografis.
Untuk
mendekatkan pendidikan kepada masyarakat Papua dan memecahkan kendala
jarak antara anak didik dan sekolah, Kemdikbud juga berencana
mengembangkan sistem sekolah berasrama pada sekolah-sekolah di Papua.
Selain
itu, Musliar juga mengatakan, yang menjadi tantangan lain ketika hendak
membangun pendidikan Papua adalah terbatasnya jumlah tenaga pendidik,
belum lagi saat ini banyak guru di Papua yang lebih memilih mengajar di
kota ketimbang terus mengabdi di pedalaman Papua.
"Oleh karena
itu, saya pikir Papua membutuhkan terobosan khusus, di antaranya
mendekatkan akses pendidikan dengan anak didik. Akan kami pastikan,
setiap anak di Papua bisa bersekolah," kata Musliar, saat dihubungi
media, Kamis (17/11), di Jakarta.Ada lima faktor yang perlu menjadi perhatikan dan
dilaksanakan dengan dukungan data yang akurat,perencanaan yang
baik,pelaksanaan tanpa famrih serta evaluasi dan monitoring yang baik
yaitu : Pertama
siswa "siswa sebelum masuk TK/SD (0-4 Tahun)" Artinya
anak selama masih berada dilingkungan keluarga sangat dibutuhkan
pengasuhan terutama gizi (tidak terlepas dari ekonomi) dan simulasi
pendidikan sesuai tahapan perkembangan anak atau pendidikan anak usia
dini (PAUD). Ini dapat dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok
bermain,taman Penitian Anak dan PAUD sejenisnya seperti Pos
yandu,sekolah minggu,dan lain-lain. Bisa juga melalui sosialisasi
tentang PAUD kepada para orang tua sehingga sejak anak itu masih
berada di lingkungan keluarga anak tersebut sudah bisa mendapat
pendidikan PAUD oleh orang tua. Karena anak usia 0-4 tahun ini adalah
masa emas bagi anak dalam membentuk kecerdasan dan karakter anak. Bahkan
menurut penelitian Neurologi anak usia 0-6 tahun separuh kecerdasan
anak 80% akan terbentuk pada usia dini. Kedua adalah Guru/Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Formal dan Nonformal. Masalah guru sangat pital dalam
dunia pendidikan.Andai sebuah sekolah memiliki fasilitas sekolah ,lab
biologi,komputer,bahasa inggris,kimia, perpustakaan, gedung sekolah
mewah, guru lengkap dengan kualifikasi pendidikan Sarjana (S1)
Pendidikan misalnya tetapi kompetensi masih di bawah standar apa mutu
pendidikan akan terjamin?Apalagi guru dengan kualifikasi sarjana (S1)
bukan pendidikan (sosial) yang justru belakangan ini mendominasi semua
satuan pendidikan mulai dari TK s.d SMU yang ada di Papua. Apalagi
guru yang di angkat PNS dengan ijasah palsu pada hal SMP saja belum
lulus, ini perlu diperhatikan dan mau kemana pendidikan kita di Papua
ini. Hal-hal seperti ini perlu menjadi perhatian serius oleh
Pemerintah Daerah dan perlu ada terobosan baru untuk mengatasi masalah
guru baik kompetensi dan kesejahteraannya. Ketiga adalah Fasilitas sekolah.
Fasilitas juga perlu. Tapi fasilitas apa dulu? Gedung sekolah,
buku pelajaran sesuai kurikulum, alat-alat pembelajaran seperti papan
tulis,kapur tulis, kursi dan meja belajar harus jelas dulu. Untuk
konteks papua yang perlu diperhatikan adalah kompetensi guru, jika
guru itu profesional dan memiliki kompetensi misalnya profesional
dalam bidang biologi, di papua tidak susah untuk bahan bahan yang
langsung digunakan praktek di alam tidak perlu teori-teori di kelas
yang mewah, atau matematikan/fisika semua bahan pembelajaran ada dan
tersedia di alam papua,sekarang pertanyaannya apa guru bisa
memanfaatkan itu dalam proses belajar mengajar dengan anak-anak papua
atau tidak
ACHMAD AFFAN ASYQALANY
IXC-35
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar